Selasa, 20 Januari 2009

history

Sejarah Catur Lebih Tua dari yang Diduga

LONDON – Tim arkeologi Inggris telah mengadakan penggalian menemukan petunjuk bahwa di Eropa permainan catur sudah dimulai sejak abad ke-6. Baru-baru ini ekspedisi Universitas Anglia menemukan potongan bidak catur berbahan gading, di areal kerajaan Byzantine yang sekarang dikenal dengan Albania Selatan Usianya diperkirakan 500 tahun lebih tua dari penemuan sebelumnya.

Pemimpin ekspedisi menyatakan, penemuan tersebut merupakan bukti bahwa sejarah permainan ini catur ternyata lebih tua dari yang diperkirakan. Selama ini, sejarawan catur berkeyakinan bahwa permainan ini baru populer di elit Eropa sejak abad ke-12, 700 tahun setelah diciptakan di China, India hingga Persia kuno.
Potongan bidak catur ditemukan dalam penggalian di kota kuno Butrint dalam keadaan rusak. Profesor Richard Hodges si pemimpin ekspedisi mengatakan, ”Kita berpikir kalau itu adalah bidak raja atau ratu karena ada silang kecil, tetapi kita tidak yakin,” ujarnya.
Tim tersebut sekarang tengah mengamati secara tepat potongan yang telah mereka temukan. Dia katakan juga bahwa para sejarawan percaya bahwa catur populer di awal abad ke-12 karena ditemukan fosil catur yang terbuat dari gading duyung di sepanjang pinggiran Scotlandia. Potongan lain ditemukan jauh di selatan Italia.
”Bagaimana pun, sekarang jelas bahwa itu telah dimainkan di pusat Mediterania 500 tahun lebih awal,” ujar Hodges. Tim penggalian, dalam rangkaian kerja arkeologi itu, juga menemukan keping koin. (bbcnews/srs)

Senin, 19 Januari 2009

CERPEN…

CERPEN…

TenkYo Suru[1]

The Author : M. Taufiq Uzumaki

Red Autumn

Daun-daun sakura tertawa merah, jingga, dan kuning, lalu satu persatu meloncat ke atas permukaan perut bumi ditiup angin dari selatan. Bagaikan diselimut taman dan jalan-jalan di kota oleh bentangan permadani merah dari dedaunan yang berjatuhan.

Seorang gadis Asia selayu kawanan daun, berjalan di antara kemegahan metropolis Tokyo. Mengenakan sepatu boots yang terpadu dengan hot pants dan sunglass seperti mata capung ala Ashley Tisdale, rambut lurus melayang-layang terurai silir angin. Tangannya menggenggam sesuatu, dengan erat. Kemudian dilemparkan sesuatu itu, yang tidak lain adalah gumpalan kertas yang dilumat dalam genggaman tangannya ke tong sampah di pinggir jalan. Air mata musim gugur mengalir di balik sunglassnya, biar tak ada yang tahu ada kesedihan, biar tidak ada yang peduli pada petaka tersembunyi. Matahari maklum adanya, meski tidak muncul membuat sinar, di balik kacamata hitam biarlah ia meronta sesuka hati.

Di arpertemen ia hanya semakin menjadi peri hujan, tersandar di pojok dinding dan merintih perih. Seperih suara sayatan samurai. Hatinya berkelabat kalut memutar recording masa lalu, tepatnya dua tahun silam saat semuanya masih terasa baru. Saat jilbab lebar meliputi kepalanya, menutupi sahmura kecantikan seorang muslimah sejati, awal ia menginjakkan kaki di bumi matahari terbit, dan hari pertama memasuki Tokyo institute of Technology, pertama pula untuk mengucap “O hayyo Gozaimasu!” pada suatu pagi, sebuah perpisahan pada ibu kandung yang terikat janji dan pada ibu pertiwi yang rindu generasi. Membanding-bandingkan dengan kedaannya sekarang! Yang berubah 100 derajat diproses peradaban baru berbasis hedonis, budaya-budaya kapitalis dan westernisasi yang merusak budaya timur. Hidup adalah sebuah kepuasan, kepuasaan pada batas akhir. Segarit senyum tersulam di bibir kala teringat masa sekolah di Madrasah Aliyah, berusaha sekeras mungkin meraih beasiswa ke Jepang yang sudah sejak lama menjadi impian, tak lepas do’a tiap saat bila teringat. Kewajiban lima waktu tak pernah terlalaikan, semua berjalan selayaknya seorang hamba pada Tuhan.

Selesi mayat senyumnya bila melihat keadaannya sekarang yang jauh dari kebenaran, tersesat dalam kabut pekat. Night club tempat beri’tikaf, pelarian dari beban kuliah yang berjibun, aurat yang terlihat menjadi tradisi, dia akan malu dan tertekan bila berjilbab, tak banyak yang mau berteman tak banyak pula menu hidangan kenikmatan dunia yang akan dirasakan, Tahun kemarin perdana ia melepas keperawanan oleh seorang laki-laki bukan muhrim usai menyantap Osechi Riyori[2] di malam tahun baru. Padahal dibalik itu banyak muslimah berpegang teguh memelihara kemurnian islam, menantang segala aral penghalang, dan rayuan-rayuan setan.

Pesan lirih orang tua hanya jadi pita kaset kusut, cita-cita dinomor sebelaskan, yang penting happy mumpung di tanah orang, mumpung di luar negri, kapan lagi?

Gadis itu membenturkan kepalanya ke tembok berkali-kali hingga mengucur darah segar dari dahinya yang manis, entahkah ia mulai menyesali segala perbuatannya setelah Allah menegurnya dengan suatu akibat dari perbuataannya. Tembok makas tak tahu keluh kesahnya, sekalipun seribu kali ia benturkan kepalanya. Hanya air matanya yang mungkin bisa menjawab, atau sejadah berdebu pemberian orang tua yang terlipat sangat rapi di dalam lemari bahkan. Ibu maafkan kyla...Ayah maafkan Kyla...

”Astaghfirullah, Kyla what happen with you? Fatimah tetangga Kyla yang juga mahasiswi asal Indonesia, mendapati keadaan Kyla terkulai di sisi dinding. Fatimah adalah sosok gadis muslimah yang masih tetap berpegang teguh pada ajaran agama.

“Aku sudah tidak punya harapan?”

Nande?[3]

”Aku mengidap penyakit!”

” Penyakit apa? Ceritakan padaku!” Fatimah tak kuasa, ia turut hanyut dalam tangis, melihat Kyla menangis terlunta-lunta.

”Kata dokter Yamada aku positif mengidap penyakit Lupus[4]!”

Tell me it’s not true!”

“Ini yang sesungguhnya!” Fatimah segera memeluk Kyla, memberikan kehangatan persahabatan, barangkali mampu mencairkan bongkahan salju kesedihan. Keduanya tenggelam dalam air mata. Dia tahu sebenarnya Kyla anak yang baik, namun banyak hal-hal yang membuatnya jatuh terjerumus, dan itu dapat dimengertinya.

“Kamu pasti bisa sembuh”

“Mustahil, belum ada yang sembuh dari penyakit ini!”

“Kamu harus sabar, dan tetap optimis, semuanya pasti ada jalan keluar?”

”Aku sudah sepatutnya mendapatkannya, ini karma!”

”Jangan bicara seperti itu kawan, kamu sakit karena Allah sayang dan cinta padamu, mungkin sekarang Dia sedang menguji imanmu!”

”Ini karma, ini karma karena aku telah mendustai dan melanggar janji orang tuaku”

”Sudahlah, belum terlambat untuk memperbaiki semuanya, sekarang tenangkan hatimu dulu, aku sarankan kau shalat agar hatimu tenang, curahkan seluruh keluh kesahmu pada Allah, Dia maha mendengar.

”Tapi aku merasa tak pantas!”

”Lebih tidak pantas lagi kalau kamu terus meratapi takdirmu, dan mengeluh”

”Kau benar!”

Pertikel air wudhu merasuk pori-pori menumbus aliran darah penuh kesegaran, sudah lama ritual ini tidak dilakukan. Kyla membuka lemari pakaian, mencari-cari dimana ia meletakkan mukena terakhir kali, seingatnya ia pernah membuang mukena itu ke tong sampah, karena merasa tidak memerlukan lagi. Dengan rasa malu ia meminjam pada Fatimah. Hamba selalu saja begitu, tatkala senang ia akan lupa, tatkala datang teguran baru akan sadar. Sebagaimana gelagat hitamnya Allah senantiasa maha sabar dan maha memberi maghfirah, tergantung hambanya tahu malu atau tidak selama ini selalu dikasihi.

Allahu Akbar, Kaki dan tangan Kyla bergetar ketika mengangkat takbir, seakan tak berdaya dalam kebesaran Allah, dadanya serasa ditembus selongsong pelor baja panas, menghujam hatinya yang sebelumnya telah keras dan malap. Sudah lama memang sudah lama perintah tuhan ini tak dikerjakan. Ya Allah...Ya Allah...Bathinnya terus merintih, tak mampu lagi mendera kata-kata berkat begitu banyak dosa. Berikut pula hatinya tertancap seligi bayu kesejukkan yang dirisalahkan dari pintu kebenaran. Karena ancaman kematian bisa datang kapan saja pada tubuh rentanya, tidak minggu depan tidak bulan depan tidak tahun depan, bisa jadi usai salam terlepas dari lisannya.

Bell di kamar Fatimah berbunyi pagi-pagi sekali, tepatnya pukul 06.00. Suhu udara di musim gugur terkadang membuat orang malas untuk beraktifitas, seandainya boleh memilih, mereka akan memilih bersantai di rumah menikmati acara TV sambil minum sake.

”Assalamu’alaikum”

”Wa’alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh” Jawab Fatimah, matanya bulat melotot, menatap sosok wanita berjilbab berdiri di depannya. Tersungging senyum bahagia di bibirnya, tangannya mengelus-elus dada.

Subhanallah ini kamu Kyla!? Sudah lama aku tidak melihatmu seperti ini, terus terang aku rindu penampilanmu dulu”

”Aku ke sini mau pamit” Kyla menundukkan kepala

”Pamit? mau kemana?”

”Aku harus kembali ke indonesia”

”Kenapa? bagaimana dengan kuliahmu?

”A..aku ingin mulai hidup baru, hidup penuh kesederhanaan disisi orang tuaku, demi menebus kesalahan di sisa umurku?”

”Kyla...” Fatimah mendekap kyla dengan penuh rasa haru ”Apa kamu yakin dengan keputusanmu?”

”Aku sangat yakin, terimakasih selama ini sudah mau menjadi sahabat setiaku, dan aku minta maaf karena sering mengabaikan nasihatmu, mungkin aku tidak akan pernah kembali lagi ke sini”

”Apapun keputusanmu aku tak dapat mencegah, aku hanya berdo’a yang terbaik untukmu, jangan pernah pesimis menghadapi hidup!” Fatimah bergegas masuk ke dalam kamarnya, dan segera keluar kembali menghampiri Kyla ”This is something for you!” Fatimah menyodorkan sesuatu pada Kyla.

”Apa ini?”

”Itu boneka snowman, untuk mengenang saat-saat kecerian kita tatkala bermain orang-orangan salju”

”Terimakasih sekali lagi” Giliran Kyla memeluk sahabat tercintanya, ”Mata Ashita![5]” Sahabat akan terasa sangat berarti saat berpisah, meski dulu petuahnya hanya dianggap limbubu yang merisihkan, tiada arti.

Forgive me, but don’t forget me!

Exactly!, Aku akan sangat merindukanmu, temukan kebenaran hakiki dalam hijrahmu kawan” Ada rinai hujan di kota tokyo hari ini dalam dunia majasi, di bawah kaki langit jepang sayu dalam perpisahan.

Langkah demi langkah Kyla menyusuri koridor, berangsur menggalkan kamar demi kamar. Di dalam pikirannya bergumam rasa rindu pada kampung halaman dan kedua orang tua yang selalu setia menantinya. Kenangan-kenangan buruk dikuburnya hidup-hidup bersama pakaian-pakainnya yang tak pantas, yang dibeli dari uang beasiswanya selama ini. Ya Allah berikan hamba hidayah untuk meniti jalan kebenaranmu

Sayonara jepang....Sayonara dunia hitamku. Aku tak pernah bermimpi menjadi odapus[6], Aku tahu hanya mengejar cita-cita.

Matahari terbit di timur

Tenggelam di barat

Matahari itu adalah aku yang terlahir di timur

Dan terbenam di barat

Disana malka

Di balik gedung hedonis pencakar mata

Negeri rawi berpijar

Manira merayau kesenangan dan terkapar

Tak tertemukan raharja

di sela daun-daun sakura

Tenkyo suru

Aku berhijrah

Demi tuhan yang menciptakan arah

Aku repas dan terkulapas

Ingin kembali bertunas

Tenkyo suru

Aku berhijrah atas nama tuhan

Yang mencatat kebenaran

Dari mayapada hitam

Menyuruk perlahan kepada satu pancaran

Tenkyo suru

Aku berpindah atas nama yang menghijrahkan baginda Nabi Muhammad SAW

Dari jahili pada hakiki

Desember, 2008





[1] Hijrah

[2] Masakan tahun baru Jepang

[3] Apa?

[4] Systematic Lupus Erythematosus (kebalikan dari virus HIV AIDS, penderita memiliki kekebalan tubuh yang liar dan diluar batas. Penyakit ini menyerang hampir seluruh organ tubuh dan belum bisa disembuhkan, kecuali menkonsumsi obat seumur hidup)

[5] Sampai berjumpa lagi

[6] Orang penderita Lupus

silent heart


MAUJADAD

Ubun-ubun pecah

Di bawah terik resah

Krisis !

Krisis !

Belum cukup melanda negeri ini

Masih sadis permainkan ekonomi

Bangsa yang terhormat

Kian cekung dari hari ke hari

Sungguh brutal !

Negara Paman Syam itu

Sebab kerakusan hati

Kita warga biasa sengsara

Berkat adidaya

Semau diri habiskan harta

Untuk bunuh nafas-nafas tak berdosa

Firman dari dendam kesumat

Tak banyak bait, dari puisi

Bencana finansial abad ini

Racun ganas dari makan karma

2008

ekspresi


BELAJAR MEMBACA

TAKDIR

Sejak terang fajar

Hingga gelap melipat langit

Kueja satu hari

Sampai fasih aku berucap

Sejak bulat merah tak berdosa

Hingga kulit keriput memucat

Aku baca umur

Sampai lancar aku beristighfar

Sejak priode jahilku

Hingga mahir permainkan waktu

Jariku kaku menulis prilaku

Sampai patah pena sebelum tergores

Akhirnya aku pandai

Membaca air mata dan senyum bahagia

Kal-Teng, 2008